Minggu, 02 Maret 2014

Piring Seng di Warung Nasi Bancakan



Bancakan dalam bahasa indonesia berarti beramai-ramai.  Sesuai nama yang tertera di Warung Nasi Bancakan,  terletak  di Jalan Trunojoyo 62, Bandung. Pendiri sekaligus pemilik Warung Nasi Bancakan ini yakni kakak beradik Oom Rohmah (58) dan Sobarna (53), dimana mereka berasal dari Desa Sukajadi, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut. lebih suka menyebut tempat mereka itu sebagai warung nasi.

Konsep awalnya mereka membuat ini sebagai warung nasi baik dari jenis hidangan, penyajian, suasana, maupun harga jual.  Maka, berbeda dari banyak restoran masakan sunda yang dilayani oleh pramusaji, di Warung Nasi Bancakan pembeli mengambil makanan secara swalayan atau ngambil sendiri.

Ada beberapa pilihan nasi, pembeli bisa memilih sangu (nasi) liwet atau sangu yang dibungkus daun. Lalap, sebagai hidangan khas Sunda disediakan dalam bentuk segar maupun rebus yang dilengkapi sambal merah dan sambal hijau.  Ada pula menu Gejos Cabe Hejo, yakni cabe hijau besar yang dibuang isinya lalu dimasak dengan api kemudian disiram kecap.  Sementara, untuk sayur dan lauk tersedia banyak pilihan yang bisa-bisa membuat pembeli bingung memilih.

Di Warung Nasi Bancakan ini setiap hari tersedia sekitar 25 jenis masakan yang sebagian besar merupakan menu khas sunda jaman dulu yang mungkin relatif sangat susah dijumpai pada saat ini.  Pilihan nama-nama menu masakanpun sengaja mengingatkan pada makanan dari kampung. Sebut saja di antaranya Pindang Lauk Sawah, Hayam Bakar Koneng Cisaga, Tumis Picung, Tumis Genjer, Buntil, Oreg Tempe, dan Ulukutek Leunca. Tersedia pula ikan asin, jengkol, dan petai (pete) yang bisa digoreng atau dibakar mendadak.

Sebagai pendamping makanan, pembeli bisa memilih aneka minuman tradisional, seperti es goyobod, cincau, bajigur, dan bandrek. Ada juga es kopi nyeureung (kopi yang dicampur soda dan susu). Kesan tradisional makin kuat terasa karena aneka minuman ini dipajang lengkap dengan gerobak dan pelayannya.

Kue balok yang sudah jarang ditemukan di tempat umum dan juga merupakan kue khas sunda jaman dulu tersedia di Bancakan, kue balok dibakar di tempat sehingga pembeli bisa menikmatinya dalam kondisi hangat.
Keunikan lain yang mungkin menjadi daya tarik warung Nasi Bancakan selain menunya yang tradisonal adalah penggunaan  piring dan cangkir seng yang mengingatkan pada alat makan dari era sebelum tahun 1970-an,  yang dimana jaman sekarang sudah sangat jarang dipergunakan. Dalam proses memasaknyapun  pembeli bisa merasakan suasana pedesaan, yaitu pada hawu (tungku) kayu bakar di bagian belakang warung.

Adapun kesan kampung lain timbul dari lukisan dan poster yang tertempel di sekeliling dinding warung. Seolah tidak mengindahkan keserasian dalam penempatannya sehingga lengkaplah kesan seperti banyak ditemui di rumah-rumah pedesaan.

Nah ini yang lebih penting di Bancakan harga relatif murah dan tercangkau mulai dari Rp 1.500 hingga Rp 7.000 untuk setiap jenis masakan. Tidak heran jika dengan Rp 15.000 pembeli sudah bisa menikmati nasi plus lauk lebih dari satu jenis. Wilujeung tepang di Warung Nasi Bancakan nya?

sumber:
tribun jabar
galamedia

3 komentar: